DYAN. Saham yang tak banyak mendapat perhatian pemodal. Perusahaan yang sudah 3 tahun berturut-turut menderita rugi (yang lebih benar, sempat untung tipis tahun lalu), kembali mencatat kerugian pada kuartal 1 tahun 2018 ini
Pernah nyaris masuk "Klub Gocap", yaitu saham saham yang tertidur nyenyak di harga 50, karena aturan aneh BEI yang tidak memperkenankan harga saham jatuh di bawah itu. Harga DYAN sempat menyentuh angka 54 tahun lalu.
Perusahaan yang bisnis utamanya menawarkan jasa sebagai event organizer ini, berkapitalisasi kecil, sekita Rp 308 miliar rupiah, dengan jumlah saham beredar sekitar 4,3 miliar saham.
Sebagai investor, saya berpegang pada mantera saya sendiri. Saya menyukai saham perusahaan yang berada dalam kondisi sulit, tapi punya prospek lumayan, bila digarap dengan serius. Menurut saya, seperti tegangnya seorang pemancing, salah satu saat yang memicu adrenalin dalam membeli saham adalah ketika perusahaan mampu mengubah laporan rugi labanya yang negatif menjadi positif
DYAN, dalam analisis amatiran saya, punya peluang itu. Karena alasan itu, saya beli saham DYAN beberapa hari lalu pada harga Rp 72. Jadi bukan karena saham DYAN dimiliki oleh konglomerasi beken Kelompok Kompas Gramedia, tapi karena laporan keuangan tengah tahunan yang saya baca di situs BEI menunjukan bahwa perusahaan bisa memgubah kondisi kuartal 1 yang rugi, menjadi laporan tengah tahunan yang mencatat laba.
Lebih dari itu, tahun 2018 adalah tahun yang berisik. Banyak event besar seperti GIIAS yang sedang berlangsung, Asian Games sebentar lagi, sidang tahunan IMF Oktober mendatang, dan sederet kegiatan lain yang menonjol dan butuh ditonjolkan.
Menggiring saya sampai pada perkiraan bahwa Semester II 2018 ini,DYAN punya peluang menyala seperti dian!
Hasan Zein Mahmud,
Instruktur LP3M INVESTA
Hasan Zein Mahmud,
Instruktur LP3M INVESTA
Posting Komentar